Follow Us @soratemplates

Tuesday, November 17, 2020

The Hardest Decision in My Life

November 17, 2020 4 Comments

Hi all.. how are you? what have you been doing in this covid19 era?

Hampir 8 bulan covid19 sedeang gencar-gencarnya di negara kita :(

Sejak pertengahan bulan Maret 2020, kantor saya memutuskan untuk melakukan WFH bagi para karyawannya, yang datang ke kantor hanya HRD & OB. Di tengah banyaknya perusahaan yang melakukan PHK, Alhamdulillah nya kantor saya sedikit yang diberhentikan, karyawan kontrak rata-rata, untuk meminimalisir budget, mungkin. Alhamdulillah kami pun tetap dapat THR full dan kenaikan gaji di awal tahun sesuai perjanjian. Sungguh tak henti-hentinya saya mengucap syukur dengan keadaan tsb, saya sangat beruntung sekali. Masya Allah :’)

Namun di tengah kondisi tsb, saya merasa mendapatkan beban 2x lipat, karena bekerja dari rumah, deadline kerjaan yang semakin banyak, project besar-besar, dihubungi sales lewat telpon tanpa kenal waktu, diberondong pertanyaan lewat whatsapp dan juga email-email. Di lain sisi, saya juga harus prepare untuk makan pagi-malam kalau keadaan memungkinan, demi meminimalisir bepergian keluar karena covid19. Bila deadline kerjaan sedang tidak bisa diganggu gugat, saya akan duduk di depan laptop saja, dari jam8 pagi sampai jam5 sore, bahkan bisa lebih lama lagi. Makan pagi-malam beli di luar, istirahat hanya saat ke wc, makan atau sholat. Selebihnya saya harus standby depan laptop, mengejar deadline submission untuk project-peoject yang tak henti-hentinya datang.

https://inclusive-solutions.com/blog/6-techniques-to-help-children-with-autism-cope-with-anxiety/

Tanpa sadar saya menjadi orang yang lebih anxiety, paranoid bawaannya setiap lihat HP, mendengar notification email, whatsapp atau telpon. Semakin insomnia, hampir setiap hari migraine atau pusing gak jelas. Juga sulit membendung amarah bahkan sampai merasakan denyut jantung yang tetiba melonjak lebih cepat dari denyut normalnya, disaat saya mencoba untuk tidak mengeluarkan amarah pada seorang trouble maker yang bikin hari-hari saya semakin buruk semenjak dia datang.

Saya sudah mencoba berbincang dengan abang saya mengenai anxiety saya tsb, ternyata anxiety itu kebanyakan dirasakan oleh orang yang punya kepribadian ”perfeksionis”, dan kami semua anak-anak mama punya sisi perfeksionis tsb, mungkin paling kental di saya dan abang kedua saya. Dia memberikan link untuk mleatih emosi atau biasa disebut juga “meaningfullness”. I’ve tried, but it doesnt impact to me that much, mungkin masih salah melakukannya, mungkin saya butuh psikolog pribadi untuk menerapkan itu, mungkin jalan paling cepat adalah mencoba keluar dari masalah tsb secepat-cepatnya, seperti kasus suami saya kemarin.

 
https://inclusive-solutions.com/blog/6-techniques-to-help-children-with-autism-cope-with-anxiety/

I have no idea what I have been felt at that time, all emotion affiliate to made me feel so hopeless and cried is the best way to release my emotion on that day..

Saya hanya bisa menangis sesenggukan di pelukan suami dan saya berkata 

“Aku udah gak tahan lagi, aku capek banget kerja, aku mau udahan aja ya.. pusing kepalaku setiap hari, mau pecah rasanya..”

Suami saya hanya bisa menimpalkan dengan kata-kata, “yaudah..kalo mau berhenti ya berhenti aja. tapi kamu mesti siap hidup hemat, gaji ku masih belum gede, ngepas banget untuk hidup kita..”

“Aku kadang mikir, mending aku hidup berhemat-hemat dibanding aku pusing kerja setiap hari kaya gini.,” timpal saya.

“Yaudah kalo gitu siapin surat 1month  notice nya ya, biar mereka pusing & sadar selama ini core nya ya di kamu..”

.........

Setelah berbincang dengan bos saya yg baru banget diganti, dia baru masuk 3bulan-an, dia tidak sanggup karena harus pelajari seluk beluk project requirements dari saya dulu sebelum saya tinggalkan. Akhirnya kami deal untuk 2 month notice, include dengan sisa cuti saya 16 hari.

Di sisa-sisa hari saya kerja, saya mencoba bertahan sekuat tenaga, lembur beberapa hari dengan masuk kerja karena harus men-training bos dan junior saya, saya mencoba untuk selalu sugesti “sebentar lagi cha..semuanya akan berakhir, semangat sampai hari dimana akan cuti 16hari, lalu resign.

aaaand here I am..2 bulan sesudah menjadi IRT. Rasanya gimana? 

 
https://wdrfree.com/stock-vector/modern-housewife

Sejauh ini siihh....

Minusnya : bosen karena di rumah terus, jadi kurang bersosialisasi, sedangkan lingkungan rumah pertemanannya kurang menarik, kebanyakan ghibah tidak berfaedah. 

Kadang sengaja jalan-jalan sore naik motor atau jalan kaki sekedar melepas penat, atau ke Mall sebentar, gambar, atau ya bebikinan pakai bahan-bahan sisa baju yang sudah rusak. Belum banyak aktivitas yang saya bisa kerjakan karena memang belum ada anak kan, jadinya ya sebisa mungkin manfaatin waktu yang ada.

Positifnya : Alhamdulillah saya lebih bahagia, bangun tidur atau saat ingin memejamkan mata saya tidak lagi memikirkan deadline kerjaan kantor :"). Pusingnya palingan mengatur menu makan siang saja atau ya duit yang mepet hehe :p. 

Semoga rejeki bagi kami akan terus berdatangan ya Allah, sehatkan suami saya dan mudahkan dirinya menjadi tulang punggung keluarga, Aamiin Ya Rabbal Alamiin :)


Monday, May 11, 2020

#1 - Mental Breakdown

May 11, 2020 0 Comments
Awalnya saya mencari-cari tempat untuk konsultasi secara online untuk suami saya, karena waktu belum memungkinkan untuk bertemu langsung dengan Psikolog. Hingga akhirnya kami mendapati ID Line yg katanya beliau ini lulusan Psikologi dari adik ipar saya. Saya suruh suami untuk memberanikan konsultasi. Tetapi karena dasarnya dia orang introvert jadinya tidak semua dia ceritakan, malahan saya yang cerita lebih lengkap ke beliau itu. Dari konsultasi tersebut, beliau mengindikasi bahwa suami stress akibat beban kerja dari senin-jumat, hingga menyarankan untuk calming di weekend :

Ketika Weekend 
Sabtu : istirahatkan tubuh, leha-leha di rumah, memberi asupan tenaga untuk fisik atau recharge physical energy 
Minggu : quiality time sama pasangan, dengerin musik yang menenangkan, menonton film, intinya recharge emotional energy

Merasa kurang berhasil, akhirnya saya diskusi dengan suami untuk pergi ke RSCM Polikinik Kejiwaan, ditangani oleh Psikiater. Itu semua pun saya yakini setelah bertemu sahabat lama saya, beliau sedang ambil spesialis di RSCM dan terkena mental breakdown juga, dia bilang dirinya benar-benar lepas, lega, setelah cerita sama Psikiater.

 
https://www.yahoo.com/lifestyle/what-it-feels-like-to-have-a-mental-breakdown-118135271467.html

17 Januari 2020 (Konsul I)
Setelah sebelumnya saya mau daftar lewat telpon, operator bilang untuk daftar secara langsung ke Poli Jiwa di RSCM. Kedatangan pertama kali kami kesana di hari Jumat, kami pikir akan sepi, ternyata Poli Jiwa ramai sekali. Batin saya terenyuh.. 
"Ya Allah...apakah tandanya penduduk Indonesia banyak yang mengalami mental breakdwon?"
Meskipun di satu sisi saya senang, orang Indonesia mulai sadar dengan kesehatan jiwa.
Sembari menunggu saya melihat pasien di sekitar kami. Ada wanita muda dengan ibunya datang kesitu. Wanita muda itu pun ditanya-tanya oleh Kakek yang sedari tadi ribut sendiri karena mengobrol dengan siapa pun yg duduk di sampingnya. Sedangkan si Ibu, duduk di samping saya.
Akhirnya kami berdua mengobrol, saya menanyakan dengan hati-hati, hingga Ibu itu cerita bila anaknya menderita Bipolar dan merupakan mahasiswi tingkat akhir di Fakultas Psikologi UI. 
Kembali batin saya menjerit, "Ya Allah...bahkan anak Psikologi pun bisa merasakan stress seperti itu, memang kejiwaan ini tidaklah pandang bulu"

Tibalah giliran suami saya masuk, di sekitar jam habis jumatan.
Dokter : coba ceritakan keluhannya apa yang dirasa...
Suami : saya itu merasa......blablabla....
Dokter : pernah kepikiran bunuh diri? dengan cara apa?
Suamo : blablabla...

Hingga tibalah sebuah kesimpulan sederhana :
Dokter : sepertinya saya menemukan "sebuah hubungan antara perilaku bos kamu dengan pola asuh kamu di masa kecil yang bikin trauma kamu tanpa sengaja muncul.."
Suami : (unpredictable, dia tiba-tiba menangis sejadi-jadinya, di depan orang lain selain saya) 
Sebuah kesimpulan yg tanpa kami sadari memang benar adanya, disitu saya cuma bisa menenangkan, memberi tissue, dan memberi minum agar suami bisa lebih relax.
https://pondokislami.com/cara-mendidik-anak-menurut-islam-sinopsis-buku-islamic-parenting.html/cara-mendidik-anak-menurut-islam

Suami saya diberikan resep obat untuk menenangkan jiwanya, dengan diagnosa sementara adalah Depresi. Kami disuruh kontrol setiap 2 minggu sekali, berarti dalam 1 bulan akan 2x control ke RS untuk dipantau perkembangan kesehatan jiwanya. Setelah kami menebus obat, kami langsung pulang dan berdiskusi tentang banyak hal.

Berikut ini background yang menyebabkan suami saya merasakan stress luar biasa di kantor barunya  :
Mulai dari jobdesc kerja yang tidak jelas, SOP yang tidak berjalan-bahkan tidak ada, manajemen yang bobrok, yang menyebabkan suami saya merasa bersalah untuk bertindak ini-itu dan seperti terjebak dengan income yang besar di perusahaan tsb. Keadannya dia sudah selesai probation (3 bulan kerja), namun saat itu dia sudah 6 bulan bekerja, tapi belum diberikan kontrak kerja. Kontrak tsb katanya sedang diproses untuk kontrak 6 bulan berikutnya (total 1 tahun dari masa probation). 

Suami saya ragu untuk tanda tangan atau tidak, padahal saat itu saya sudah bilang, "lepas saja, semakin cepat kamu lepas dari tempat tersebut semakin cepat kamu mendapatkan tempat kerja yang baru". Tapi suami tidak enak karena merasa men-zholimi istrinya bila hanya saya yang kerja. Hingga akhirnya dia memberanikan diri untuk tanda tangan kontrak kerja 6 bulan ke depan (Juni 2020) karena kondisi saat itu banyak karyawan yang mulai keluar dari perusahaan tsb, jadi manajemen seperti kalang kabut untuk segera mem-bonded karyawan yang ada.

Dalam kondisi seperti ini, saya seperti kehilangan arah. Bingung apa yang harus dilakukan. Karena saya tidak mendapatkan guideline dari pihak mertua bagaiman cara menghadapi temperamen suami yang semakin up and down akibat mental breakdown nya dan juga bonded yang agak jauh antara suami dengan orang tuanya, jadi mereka seperti menganggap remeh dengan gejala depresi yang sudah di diagnosa oleh Psikiater tsb.
Up and down kami lewati, kondisinya suami selalu mengeluh ketika sampai kantor, sedangkan saya di tahun 2019 kemarin sungguhlah kerjaan datang bertubi-tubi, overload hingga sering lembur karena tidak terkejar deadline submission bila tidak dicicil dengan lembur. Saya butuh konsentrasi yang tinggi tapi tidak bisa karena kepikiran suami. Kalau pepatah bilang, jangan bawa urusan pribadi ke kantor, tapi itu sungguh amat sulit di posisi saya dan di keadaan kemarin itu T_T

Sungguhlah pegangan saya saat itu hanyalah Allah semata dan juga dukungan dari orang tua (mama terutama) serta teman kantor yang memberikan saran sebaiknya seperti apa dan saya harus bagaimana. Semua itu menjadikan saya kuat, meski dengan air mata yang banyak pula karena dengan cara menangis stress saya bisa release... :")

https://www.spiritbutton.com/depressing-depression-quotes/

Friday, February 7, 2020

How was your life?

February 07, 2020 0 Comments
Hello 2020,
Nice to see you :)

~Recap, 2019

Sebelumnya mau bahas sedikit soal 2019 kemarin.
Tahun 2019 kemarin sulit banget konsisten untuk nulis blog karena banyaknya load kerja yang tak tentu tiap bulannya, berangkat pagi-pulang malam, masalah hidup dan lain sebagainya hehehe.

Di tahun 2019 kemarin sungguh semua doa yang sudah dirapalkan tanpa sengaja miraculous happened in my life. Kaget? banget. Malu sih untuk cerita secara detailnya karena doa tsb benar-benar duniawi sekali. Akan tetapi Allah sungguh menunjukkan Kuasa Nya pada kami lewat doa tanpa sengaja itu, bahwa tiada hal yang mustahil bagi-Nya, tiada hal yang tak bisa Dia lakukan untuk membuat hamba-Nya (yg penuh dosa ini) untuk sadar kalau kun fayakun itu nyata.

Bodohnya saya, masih menyangsingkan petunjuk-petunjuk yang telah Allah kasih kepada kami. Ada hal-hal yang kami takutkan, yah layaknya manusia lainnya, kami terlalu terpaku akan hari esok, lusa, beberapa bulan atau tahun mendatang, dimana sebenarnya Allah sudah menjanjikan rezeki bagi masing-masing hamba-Nya bila mereka mau berusaha.

Selama berbulan-bulan sudah saya pikirkan akan melakukan apa ketika nanti saya harus resign. Yap, petunjuk Allah hingga di bulan Desember 2019 kemarin itu masih sama, saya disuruh resign untuk program hamil kami. Hingga sampai waktunya ada kondisi dimana suami saya tidak mampu menahan beban kerja di kantor yang menyebabkan dirinya sampai di fase mental breakdown.
source : www.africanslive.com
Alhamdulillah banget Allah kasih saya petunjuk untuk aware dengan hal-hal seperti itu. Saya suka dengerin youtube channel nya menjadi manusia karena sangat suka dengan hal-hal yang berbau Psikologi dan cerita tentang kehidupan. Melihat perilaku suami saya, ciri-ciri yang terlihat (karena kami bertemu setiap hari), perubahan mood yg tiba-tiba dalam sehari, dari situ saya mulai sadar ada yg tidak beres pada suami saya yang sudah tidak bisa dianggap "biasa" lagi.

Lantas apa yang kami perbuat? Insya Allah, jika Allah me-ridhoi, saya akan berbagi pengalaman dan informasi mengenai mental health di tulisan-tulisan berikutnya. Yang pasti sejak saat itu saya berusaha mengesampingkan impian saya (kerja dari rumah) dan berusaha ikhlas untuk menghadapi kejamnya hidup sebagai karyawan swasta yang tidak jauh dari yg namanya deadline.
Saya memilih untuk support suami untuk mencari remedy bersama dan menjalani semuanya sama-sama. Mungkin ini juga jawaban kenapa Allah masih belum memberikan kami keturunan.. kami disuruh sembuh terlebih dahulu dengan luka batin di masa kecil, yang menahun, hingga tak terbendung lagi :')

~Hello, 2020
 
Di usai pernikahan kami yang mau 4 tahun di tanggal 20 February nanti, Masya Allah ujian yang telah Allah berikan. Mungkin ini tidak ada apa-apa nya dibandingkan ujian kalian, tapi saya yakin, kami yakin sekali semuanya akan baik-baik saja, karena Allah sudah berjanji tidak akan memberikan ujian diluar kemampuan hambaNya. ^^

 source : juggleglass.wordpress.com

Selamat memulai tahun, harapan, cita-cita, impian, dan ujian hidup yang baru :)
Kamu kuat, kita kuat, badai apa pun selama dihadapi berdua Insya Allah akan berlalu dengan mudahnya :')

Wednesday, July 3, 2019

Kegiatan Baru di Tahun 2019

July 03, 2019 4 Comments
Heihoo... long time no see!
Sudah lama sekali saya tidak update kehidupan disini.
How was your life reader? We are good, better than before I thought..

Saya lupa tepatnya kapan, kisaran Maret atau April 2019 lalu kami memulai untuk berdagang.
Unpredictable banget.. apalagi yang dijual adalah Kurma, makanan yang gak semua orang suka.
Masya Allah... ternyata laku, Alhamdulillah.. meskipun emang untungnya gak seberapa, tapi yang penting saya happy bisa jualan untuk pertama kalinya.

Dulu tahun 2015 pernah jualan jilbab, entah emang bukan rejeki saya atau gimana ya, cuma laku dikiit banget huhu. Karena itu saya kapok dagang, eh tahun ini saya nanya suami..
C : yang, apa coba ikutan jualan kurma ya kaya mba elfa?
Z : yaudah coba aja dulu.. toh kita barengan kan ambil stocknya sama mba elfa..
C : yaudah aku coba deh, bantuin aku ya masarin nya..
Z : iyaa gampang..


Makanan selanjutnya yang saya jual menjelang puasa adalah Rondoletti. Itu lho stick wafer yang langka di supermarket, bentuknya mirip-mirip Astor. Yang sudah pernah cobain Rondoletti biasanya tanpa mikir untuk order, karena saking jarang nya nemu supermarket yang jual produk itu.

Request terbesar untuk kurma adalah ketika puasa, pastinya. Sedangkan untuk Rondoletti minggu ke-2 puasa menjelang lebaran. Alhamdulillah semua balik modal (yang penting itu dulu wkwk). Setelah puasa kami berpikir mau jualan apalagi yaa.. karena pasti request untuk kurma setelah puasa akan menurun drastis.

Sebenarnya cita-cita saya adalah menjadi seseorang yang bisa memberikan manfaat pada sesama, terutama penderita PCOS juga. Oleh sebab itu saya mencari dagangan yang kalau bisa bikin sehat, meskipun itu susah-susah gampang. Kepingin banget jualan madu Al-Shifa, tapi nyari agennya susah, mereka jual rata-rata udah mahal, lah saya mau jual berapa kalau harga belinya aja udah mahal kan. Siapa tau pembaca ada yang punya kenalan agen Al Shifa dengan harga terjangkau, comment dibawah yaa ^^

Kemudian belum lama ini akhirnya nemu agen susu kambing yang dicampur dengan kurma (Mozzaamilk) dan gak bau kambing sama sekali, itu keren sih..kepingin ikutan nyobain buat tapi masih belum sempet. Selain itu sekarang saya juga jualan Loacker, wafer mahal di supermarket itu lhoo.. di saya dijual murah ajah hihi. Baru-baru ini saya iseng-iseng juga jual Chiki Kiloan, duh terpaksa coba jual micin ke khalayak umum nih haha, tapi yang baru beli masih dikit kok, temen kantor semua lagi. Sumbernya? tentu saja dari si kakak ipar saya.


Jadi sekarang ini saya jual 5 jenis makanan/minuman  :
1. Kurma
2. Rondoletti
3. Susu kambing+kurma
4. Loacker
5. Chiki Kiloan

Dengan mulai berdagang dari sekarang, saya dan suami punya harapan bisa jadi wirausahawan suatu saat dan tentunya untuk menghabiskan waktu lenggang saya ketika sudah resign dan menjadi full IRT nantinya, Aamiin Ya Rabbal Alamiin :')

Monday, December 31, 2018

Di Penghujung Tahun 2018

December 31, 2018 0 Comments
Selama 2018 kemarin kamu sudah melakukan apa saja teman-teman?
Apakah semua yang ingin kamu capai sudah terpenuhi?
Saya termasuk orang yang merugi sepertinya.. :(
Memang di tahun 2018 ini saya tidak memiliki misi khusus ataupun list-list seperti kebanyakan orang. Mungkin karena memang saya bukanlah tipe yang ambisius.


Resolusi 2018 kemarin itu saya hanya ingin :
- menjadi istri solehah
- bisa menyeimbangkan otak kanan dan kiri
- bisa lebih memanjakan hati dan pikiran. 

Nyatanya gimana? hihihi masih jauuuh sekaliii dari angan-angan.

- menjadi istri solehah
Ini masih dalam fasa belajar dan memperbaiki diri sih, susah banget yah menjadi muslimah dan istri solehah sejati tuh, banyak setannya. Alhamdulillah saya mulai belajar pelan-pelan untuk pakai kaos kaki (meskipun masih kadang suka gak pake) dan pelan-pelan belajar meninggalkan musik. Yang tadinya kerja dengerin musik, diubah jadi dengerin ceramah atau murotal juz 30, kadang ampuh, keseringan bikin ngantuk wkwk.

- bisa menyeimbangkan otak kanan dan kiri
Alhamdulillah saya punya ipad sekarang, meskipun masih nyicil alias belum lunas hahaha. Coba mulai gambar-gambar lagi pakai adonit di ipad, eh tapi ternyata kurang presisi. Jadi saya ingin beli apple pencil nanti ketika duit bonusan sisa banyak haha. Ada perasaan bahagia ketika sudah menggambar tuh. Yah sekarang sih lebih kepake untuk nonton youtube atau drakor aja ipad nya.
- bisa lebih memanjakan hati dan pikiran. 
Poin ini ternyata sulit lho untuk saya dan suami yang penghasilan nya ngepas untuk cicilan rumah, biaya perawatan mobil, sembari ikhtiar ke dokter huhu. Alhasil terakhir ke dr. Bote itu bulan Oktober lalu, sudah 2 bulan saya tak mampir kesana. Rasanya mau rehat sejenak sembari nabung untuk sekalian insem. Mungkin iya kami tuh butuh liburan.. Mungkin ketika kami sedang masa relax tanpa mikir ini itu, siapa tau Allah kasih, Aamiin Ya Rabbal Alamin ^^

Kemudian untuk tahun 2019 besok, gimana?

Sepertinya resolusi nya akan tetap samae, cuma sedikit ada tambahan, yaitu : "Paksakan untuk menabung". Dengan adanya tabungan sepertinya akan lebih mudah untuk memanjakan hati dan pikiran hihi. Duitnya bisa dipakai untuk berlibur ataupun inseminasi. Ingin membiasakan nabung lagi seperti masa-masa mau nikah dan mau beli rumah. Nabung itu katanya harus disisihkan terlebih dahulu, bukannya menunggu duit habis baru ditabung. Semoga bisa istiqomah ;)




Saya berharap di tahun 2019 nanti segala sakit di hati dan kenangan buruk masa lalu akan menghilang tanpa bekas, tak ada lagi iri dengki, dendam dan penyakit hati lainnya. Semakin menyadari bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sebuah persinggahan dan kehidupan di akhiratlah yang kekal. Membenahi diri satu sama lain untuk membentuk keluarga yang sesuai ajaran Al Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Aamiiin :')

Terima kasih 2018, selamat datang 2019.

Thursday, December 6, 2018

Teruntukmu, Hujan

December 06, 2018 0 Comments


Aku selalu suka hujan..
Setiap rintik yang jatuh ke bumi selalu membawakan kenangan
Kenangan yang mudah terkuak meskipun berakhir menyakitkan,
Pengungkit cerita antara kamu dan dirinya

Hujan itu romantis kataku.
Pemberi rasa dan suasana yang indah.
Pengingat rindu akan orang terkasih.
Ada sensasi yang tak bisa diucapkan dan dideskripsikan ketika berdiri di tengah hujan.
Suara, aroma, dan suasananya lah yang selalu membuatku rindu ketika musim kemarau datang.
Dari sejak tetesan pertama yang menimbulkan aroma khas, petrichor namanya,
berlanjut dengan rintuk hujan yang semakin lama semakin deras,
hingga berakhir dengan sebuah pelangi yang terlukis di langit bersih.

Hujan itu pembawa berkah untuk bumi dan seisinya,
hingga tak heran mengapa Allah menjadikan nya sebagai waktu mustajab untuk berdoa.
Dia basahi seluruh permukaan bumi tanpa pilah pilih, 
mengalir dari hulu ke hilir, dataran tinggi ke rendah,
hingga ke sela-sela tanah yang meretak gersang di musim kemarau.

Mungkin iya aku ini Pluviophile, si Pemuja Hujan.
Mungkin bukan 100% katamu ketika mendengar aku masih memakai payung dan jas hujan.
Bukan karena takut basah, tapi takut tak bisa menyelesaikan tanggung jawabku keesokan harinya sebagai pekerja.
Dulu ketika setiap hari hanyalah waktu untuk bermain, aku adalah Pluviophile sejati.
Tak pernah segan untuk berlari tanpa pelindung saat hujan turun dengan derasnya mengguyur bumi, 
tak pernah lelah dan merasakan sakit seperti sekarang, di zaman yang kian modern nan canggih ini.

Hujan di bulan Desember kali ini terasa syahdu.
Ketika jenuh kerja meradang, mendung penyelimut bumi lah yang menyemangatiku.
Ketika pikiran penat dan hati dipenuhi amarah, rintik hujan lah penangkalnya.
Ketika jiwa manusia yang tak pernah puas mulai bergejolak, turunnya hujan menjadikanku bersyukur masih diberikan rumah yang sangat layak dibanding mereka yang tak beruntung.
Meskipun untuk beberapa orang kamu selalu dimaki,
Tapi kamu, hujan, adalah salah satu tanda bahwa Allah penyayang umatNya.
Bila suatu saat nanti kamu tak hadir sepanjang tahun hingga bertahun-tahun lamanya, 
aku rasa itulah saatnya semesta telah sampai di penghujung usia.



Friday, November 2, 2018

Review Drama Korea “Because This is My First Life”

November 02, 2018 0 Comments
Kali ini ingin ngebahas salah satu drama korea yang judulnya “Because this is my first love”. Sebenarnya ini drama tahun 2017 yang baru direkomendasiin sama sepupu dari suami. Bulan Oct ini saya resmi cuti sebulan, unpaid leave, hihi modal nekad banget karena pingin istirahat sejenak dari ke stress-an kerja.


 
Well this drama is so worthed to watch. Kenapa? Dari drama ini saya belajar banyak hal, tentang kehidupan di Korea yang keras, pekerjaan, hubungan pertemanan dan tentunya masalah cinta. Bukan seperti reviewer lainnya, kalau membahas film atau drama saya lebih ke point yang di dapat dari film itu, kalau sekedar ulasan cerita sepertinya kalian bisa langsung googling sih hehe. 

Ini dia beberapa poin yang ngena banget di saya :

- Permasalahan tempat tinggal masih menjadi kebutuhan pokok untuk semua penduduk di berbagai negara.
Ternyata di Korea untuk punya tempat tinggal juga sulit, dimana 300 dollar atau senilai 3,9juta rupiah termasuk paling murah untuk kamar single dngan kondisi numpang di apartemen orang.  Kalau dibandingkan di Indonesia, nilai segitu sudah dapat sewa apartemen di tengah kota, at least apartemen studio lah ya. Saya belum lama sempat cari-cari kosan untuk kami berdua, dekat dengan kantor saya di Halim, Jakarta Timur, minimal harus 900rb-1juta dengan lingkungan yang bersih dan tidak kumuh, syukur-syukur sudah plus AC hehe. Daerah tsb sudah termasuk tengah kota karena dekat busway, stasiun cawang dan LRT yang masih dibangun.
- Lulusan universitas ternama belum tentu pekerjaan dan gajinya besar seperti ekspektasi orang tua, orang lain, atau bahkan ekspektasi sendiri. 
Kalau poin ini sih sama kaya kisah saya haha, dimana gaji sebagai engineer yang saya dapatkan bisa dibilang jauh dari teman-teman saya yang lain. Tapi setiap orang harus memilih, kalau si karakter utama di drama tsb memilih bekerja sesuai passion, kalau saya bekerja di lingkungan yang sehat dan nyaman. 

- Pernikahan untuk kebanyakan pria adalah sebuah momok yang amat sangat ditakuti
Yap, di drama korea ini dikisahkan ada sepasang kekasih yang sudah 7 tahun menjalin hubungan, 5 tahun tinggal bareng, namun si pria takut luar biasa ketika si wanita ingin sekali dilamar. Pria kebanyakan berpikir bahwa menikah itu harus punya penghasilan tinggi, tempat tinggal yang bagus, belum lagi biaya untuk makan sehari -hari yang tidak kecil, dan masih banyak hal lagi yg mereka takutkan. Karena pria lebih memakai logika dibandingkan wanita, itulah mengapa mereka mengkhawatirkan banyak hal. Sedangkan wanita lebih mementingkan perasaannya, ketika dirinya sudah cocok dengan lelaki yang sudah dia pacari bertahun-tahun lamanya, butuh apalagi sih biar bisa segera bersatu? Yah meskipun banyak juga wanita yang matrealistis dan realistis dengan kebutuhan hidup jaman now yang tidaklah murah, sehingga mereka menekan pria dan menjadikan pria semakin ketakutan kalau gaji mereka tidaklah bisa memenuhi kebutuhan si wanita.

- Pernikahan itu bukan hanya menyatukan pria dan wanita, tapi juga menyatukan masing-masing orang tua
Seperti drama-drama korea kebanyakan, tokoh utama di drama ini juga mengalami "kawin kontrak". Sang pria membutuhkan sang wanita untuk merawat rumahnya, sedangkan sang wanita membutuhkan tempat untuk dia menginap. Namun mereka harus saling beradaptasi satu sama lain dengan keluarga masing-masing seperti layaknya pasangan suami istri pada umumnya. 
Di drama ini diperlihatkan usaha masing-masing tokoh utama untuk memenangkan hati orangtua masing-masing. Kita semakin sadar bahwa pernikahan tidak semudah membalikkan tangan, yang hanya bermodalkan keberanian, niat, keuangan yang cukup untuk melangsungkan pesta, tapi juga butuh komitmen dan tekad yang kuat untuk mempersatukan kedua keluarga serta memberikan perhatian yang seimbang pada keluarga istri maupun suami.

- Jangan lupa dengan mimpi
Kita bisa melihat jatuh bangun si tokoh utama wanita yang bermimpi menjadi penulis di drama ini. Dia sengaja ambil jurusan Sastra sebagai salah satu jalan untuk mencapai mimpinya tsb. Meskipun harus jadi asisten writer di awal-awal, menerima ejekan karena pekerjaannya tidak mapan padahal dia lulusan universita ternama,, namun dirinya tetap tegar menghadapi itu semua.
Kadang kita lupa akan mimpi kita sedari kecil ketika sudah memasuki dunia kerja.
Apakah kerjaan kamu sesuai passion mu? 
Apakah mimpi mu akan kau pendam, lupakan dan lepaskan begitu saja?
Atau apakah kamu masih punya mimpi yang sama hingga sampai saat ini?
Yah.. mimpi saya masih sama. Namun sepertinya effort saya ini belum ada apa-apanya dibandingkan yang lain :(

Jadi, untuk kamu yang penasaran dengan drama ini, silahkan ditonton aja ya. Mungkin kalau kamu gregetan sama alur sebuah film/drama macem saya, skip-skip aja hehe. Jangan jauh-jauh tapi skip nya biar gak ketinggalan sama alur ceritanya. Selamat menikmati dan mengamil hikmahnya :)