Follow Us @soratemplates

Tuesday, November 17, 2020

The Hardest Decision in My Life

Hi all.. how are you? what have you been doing in this covid19 era?

Hampir 8 bulan covid19 sedeang gencar-gencarnya di negara kita :(

Sejak pertengahan bulan Maret 2020, kantor saya memutuskan untuk melakukan WFH bagi para karyawannya, yang datang ke kantor hanya HRD & OB. Di tengah banyaknya perusahaan yang melakukan PHK, Alhamdulillah nya kantor saya sedikit yang diberhentikan, karyawan kontrak rata-rata, untuk meminimalisir budget, mungkin. Alhamdulillah kami pun tetap dapat THR full dan kenaikan gaji di awal tahun sesuai perjanjian. Sungguh tak henti-hentinya saya mengucap syukur dengan keadaan tsb, saya sangat beruntung sekali. Masya Allah :’)

Namun di tengah kondisi tsb, saya merasa mendapatkan beban 2x lipat, karena bekerja dari rumah, deadline kerjaan yang semakin banyak, project besar-besar, dihubungi sales lewat telpon tanpa kenal waktu, diberondong pertanyaan lewat whatsapp dan juga email-email. Di lain sisi, saya juga harus prepare untuk makan pagi-malam kalau keadaan memungkinan, demi meminimalisir bepergian keluar karena covid19. Bila deadline kerjaan sedang tidak bisa diganggu gugat, saya akan duduk di depan laptop saja, dari jam8 pagi sampai jam5 sore, bahkan bisa lebih lama lagi. Makan pagi-malam beli di luar, istirahat hanya saat ke wc, makan atau sholat. Selebihnya saya harus standby depan laptop, mengejar deadline submission untuk project-peoject yang tak henti-hentinya datang.

https://inclusive-solutions.com/blog/6-techniques-to-help-children-with-autism-cope-with-anxiety/

Tanpa sadar saya menjadi orang yang lebih anxiety, paranoid bawaannya setiap lihat HP, mendengar notification email, whatsapp atau telpon. Semakin insomnia, hampir setiap hari migraine atau pusing gak jelas. Juga sulit membendung amarah bahkan sampai merasakan denyut jantung yang tetiba melonjak lebih cepat dari denyut normalnya, disaat saya mencoba untuk tidak mengeluarkan amarah pada seorang trouble maker yang bikin hari-hari saya semakin buruk semenjak dia datang.

Saya sudah mencoba berbincang dengan abang saya mengenai anxiety saya tsb, ternyata anxiety itu kebanyakan dirasakan oleh orang yang punya kepribadian ”perfeksionis”, dan kami semua anak-anak mama punya sisi perfeksionis tsb, mungkin paling kental di saya dan abang kedua saya. Dia memberikan link untuk mleatih emosi atau biasa disebut juga “meaningfullness”. I’ve tried, but it doesnt impact to me that much, mungkin masih salah melakukannya, mungkin saya butuh psikolog pribadi untuk menerapkan itu, mungkin jalan paling cepat adalah mencoba keluar dari masalah tsb secepat-cepatnya, seperti kasus suami saya kemarin.

 
https://inclusive-solutions.com/blog/6-techniques-to-help-children-with-autism-cope-with-anxiety/

I have no idea what I have been felt at that time, all emotion affiliate to made me feel so hopeless and cried is the best way to release my emotion on that day..

Saya hanya bisa menangis sesenggukan di pelukan suami dan saya berkata 

“Aku udah gak tahan lagi, aku capek banget kerja, aku mau udahan aja ya.. pusing kepalaku setiap hari, mau pecah rasanya..”

Suami saya hanya bisa menimpalkan dengan kata-kata, “yaudah..kalo mau berhenti ya berhenti aja. tapi kamu mesti siap hidup hemat, gaji ku masih belum gede, ngepas banget untuk hidup kita..”

“Aku kadang mikir, mending aku hidup berhemat-hemat dibanding aku pusing kerja setiap hari kaya gini.,” timpal saya.

“Yaudah kalo gitu siapin surat 1month  notice nya ya, biar mereka pusing & sadar selama ini core nya ya di kamu..”

.........

Setelah berbincang dengan bos saya yg baru banget diganti, dia baru masuk 3bulan-an, dia tidak sanggup karena harus pelajari seluk beluk project requirements dari saya dulu sebelum saya tinggalkan. Akhirnya kami deal untuk 2 month notice, include dengan sisa cuti saya 16 hari.

Di sisa-sisa hari saya kerja, saya mencoba bertahan sekuat tenaga, lembur beberapa hari dengan masuk kerja karena harus men-training bos dan junior saya, saya mencoba untuk selalu sugesti “sebentar lagi cha..semuanya akan berakhir, semangat sampai hari dimana akan cuti 16hari, lalu resign.

aaaand here I am..2 bulan sesudah menjadi IRT. Rasanya gimana? 

 
https://wdrfree.com/stock-vector/modern-housewife

Sejauh ini siihh....

Minusnya : bosen karena di rumah terus, jadi kurang bersosialisasi, sedangkan lingkungan rumah pertemanannya kurang menarik, kebanyakan ghibah tidak berfaedah. 

Kadang sengaja jalan-jalan sore naik motor atau jalan kaki sekedar melepas penat, atau ke Mall sebentar, gambar, atau ya bebikinan pakai bahan-bahan sisa baju yang sudah rusak. Belum banyak aktivitas yang saya bisa kerjakan karena memang belum ada anak kan, jadinya ya sebisa mungkin manfaatin waktu yang ada.

Positifnya : Alhamdulillah saya lebih bahagia, bangun tidur atau saat ingin memejamkan mata saya tidak lagi memikirkan deadline kerjaan kantor :"). Pusingnya palingan mengatur menu makan siang saja atau ya duit yang mepet hehe :p. 

Semoga rejeki bagi kami akan terus berdatangan ya Allah, sehatkan suami saya dan mudahkan dirinya menjadi tulang punggung keluarga, Aamiin Ya Rabbal Alamiin :)


4 comments:

  1. Ka.iktiar promilnya gada lanjutan.. ak pun lagi sedang promil ke dr.prita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. dr prita rs fauzan bukan? Aku kebetulan baru mau promil disana, mau tanya2 dong hehe

      Delete
    2. halo mba. iya nih karena pindah2 dokter belum ada yang cocok di tahun 2019 & 2020 kemarin, jadinya kebanyakan promil mandiri aja. ditunggu ya postingan ku tentang promil 2019 & 2020 hehe dari dulu mau ngebahas itu karena cuma dateng 1-3x doang jadi berasa kaya kurang bahan yang mau diceritakan :))

      Delete
  2. dr prita rs fauzan bukan? Aku kebetulan baru mau promil disana, mau tanya2 dong hehe

    ReplyDelete